Spiga

Van Basten: Saya Percaya Pato Pemain Hebat


AC Milan mendapat kunjungan spesial dari seorang pemain legenda. Dia adalah Marco Van Basten, pemain yang pernah memperkuat “I Rossoneri” selama enam tahun (1987-1993). Dia datang ke Milan untuk memberikan salam kepada para sahabat lamanya, dan makan siang bersama dengan Clanrence Seedorf, serta melihat langsung latihan tim.

Van basten mengaku kagum dengan mantan klubnya yang kini dihuni banyak pemain hebat, termasuk bagi pemain muda yang baru saja tiba di Milan, Alexandre Pato.

Dalam kunjungan kali ini, Van Basten sempat berbicara dengan Ricky kaka’ dan juga Pato dalam sesi latihan. Dalam kesempatan itu, ia sempat terkenang akan masanya ketika masih mengenakan kostum “I Rossoneri”.

Basten mengungkapkan dirinya akan pension menjadi pelatih selepas Piala Eropa 2008. Ia mengaku belum memiliki rencana setelah meninggalkan posisinya sebagai pelatih, namun ia meyaini akan bekerja di bidang yang berbeda.

Milan Perlu Motivasi

Kekalahan Milan di Bergamo telah membekukan antusiasme dan kepercayaan yang telah menemani “I Rossoneri” setelah debut Alexandre Pato ketika melumat Napoli, 5-2.

Kondisi Milan sepertinya memang sedang beralih, dari optimis yang berlebihan sampai hilang kepercayaan dan moral. Dan ini memang biasa terjadi.

Dorongan semangat akan sangat dibutuhkan oleh para pemain Carlo Ancelotti untuk bisa menempatkan kembali tim ini ke jalur yang seharusnya. Semua perhitungan sudah membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil.

Kekalahan bisa memberikan pukulan yang sangat berbahaya seperti menurunkan moral dan semangat. Jika bisa mengetahui dengan baik situasi dan kondisi Milan, dan paham benar persoalannya, saya yakin betul masalah dan kesalahan ini tidak akan berlanjut.

Satu-satunya hal yang mungkin bisa timbul adalah : kondisi fisik pasukan Milan. Dalam pertandingan di Bergamo terlihat benat skuat Milan seperti kehilangan tenaga, khususnya babak kedua.

Hal ini penampilan mereka benar-benar tidak optimal, celakanya tidak ada jaminan hal ini tidak akan terulang kembali. Namun jika tim ini serius mencari akar permasalahan, kembali termotivasi dan pintar mencari solusinya maka tim ini bakal bisa bangkit.

Namun itu tadi, dorongan semangan akan sangat diperlukan Paolo maldini dan kawan-kawan. Carlo Ancelotti yang sudah menjadi pelatih hebat tidak perlu member kepercayaan diri yang berlebihan karena kualitas teknik para pemainnya. Meski begitu, tim ini tetap saja butuh keseimbangan tataik diatas rata-rata. Dan yang sangat berperan di sini tentunya adalah Ancelotti sendiri.

Para pemain tidak harus menjadi korban dari kemampuan dan bakat yabf mereka miliki. Mereka perlu membuang jauh-jauh kepercayaan diri yang berlebihan.

Jika berhasil melakukannya saya yakin kemenangan demi kemenangan akan kembali diraih Milan. Dan, target lolos ke Liga Champion bukan hal yang mustahil untuk mereka. Arrigio Sacchi

Galliani Lelah Mengejar Ronaldinho

AC Milan mulai patah arang dalam usahanya menggaet bintang Barcelona, Ronaldinho. Klub spanyol yang berbasis di Katalunya ini bersikuku tak ingin melepas ikon klubnya tersebut. Alhasil, kubu “I Rossoneri” pun menyatakan menyerah memboyong Dinho (panggilan ronaldinho).

Wakil Presiden Milan, Adriano Galliani, mengaku sudah melakukan segala cara untuk meluluhkan hati Barca. Namun, sosok Dinho rupanya tidak bisa dibeli oleh apapun. Galliani kini percaya, sangat tidk ungkin Milan berhasil merekrut pemain tim “Selecao” tersebut.

Jelang penutupan bursa pemain musim dingin ini, Milan memang kian gencar melakukan pendekatan guna mendapatkan tanda tangan Dinho. Apalagi, setahun belakangan Dinho mulai tidak betah berada di Nou Cap. Menurutnya performa Dinho membuat public Barcelona mulai rajin mencemoohnya.

Situasi ini yang dicium banyak klub besar eropa, termasuk Milan. Presiden Silvio Berlusconi bahkan bersedia menggelontorkan 50 juta pound untuk mebeli Dinho. Tidak hanya itu, godaan berupa kepemilikan penuh atas hak cipta disodorkan Milan pada Dinho melalui agennya, Roberto de Assis Moreira. Namun, Milan sepertinya membentur tembok tebal.

Galliani Lelah Mengejar Ronaldinho

AC Milan mulai patah arang dalam usahanya menggaet bintang Barcelona, Ronaldinho. Klub spanyol yang berbasis di Katalunya ini bersikuku tak ingin melepas ikon klubnya tersebut. Alhasil, kubu “I Rossoneri” pun menyatakan menyerah memboyong Dinho (panggilan ronaldinho).

Wakil Presiden Milan, Adriano Galliani, mengaku sudah melakukan segala cara untuk meluluhkan hati Barca. Namun, sosok Dinho rupanya tidak bisa dibeli oleh apapun. Galliani kini percaya, sangat tidk ungkin Milan berhasil merekrut pemain tim “Selecao” tersebut.

Jelang penutupan bursa pemain musim dingin ini, Milan memang kian gencar melakukan pendekatan guna mendapatkan tanda tangan Dinho. Apalagi, setahun belakangan Dinho mulai tidak betah berada di Nou Cap. Menurutnya performa Dinho membuat public Barcelona mulai rajin mencemoohnya.

Situasi ini yang dicium banyak klub besar eropa, termasuk Milan. Presiden Silvio Berlusconi bahkan bersedia menggelontorkan 50 juta pound untuk mebeli Dinho. Tidak hanya itu, godaan berupa kepemilikan penuh atas hak cipta disodorkan Milan pada Dinho melalui agennya, Roberto de Assis Moreira. Namun, Milan sepertinya membentur tembok tebal

Wasit Usang, tapi Bukan Biang Keladi

Inter Milan mencatat kemenangan 3-2 dari Parma secara tidak layak mungkin disebabkan oleh adanya kesalahan yang dilakukan oleh wasit. Setelah pertandingan timbullah polemic. Dari situ terlihat kembali pola-pola kepemimpinan lama, dimana orang-orang mencurigai bahwa wasit tlah berpihak kepada salah satu tim, memberikan pengaruh dan pendapat negative kepada lingkungan sepak bola dengan citra yang mereka perlihatkan.

Perlu diingat bahwa kurangnya penghormatan terhadap peraturan sepak bola adalah salah satu penyebab orang-orang menjauhi stadion. Korupsi dan sikap yang tidak jujur tampaknya menjadi elemen yang mendasar di dalam kehidupan sosial dan olehraga di Italia. Tapi, apakah ini benar tindakan yang tepat dan benar, etika dan penghormatan kepada peraturan, saying sekali ini bukanlah titik kuat yang dimiliki oleh masyarakat Italia.

Tapi, mungkin, sekarang di tingkat sepak bola sedikit berlebihan. Sekarang ini sudah tidak ada lagi sistem dalam bentuk apapun, tidak ada lagi biang keladi, tidak adapula organisasi yang bisa mengatur hasil dilapangan. Yang masih ada hanyalah kesalahan pada wasit. Pertama-tama, Inter tidak memerlukan bantuan dari wasit karena mereka sudah menjelma menjadi tim yang sangat unggul, yang bisa selalu mencapai kemenangan besar. Presiden Inter Massimo moratti dan klubnya akan tetap melaju menang di kompitisi tanpa adanya pebedaan dengan mengenal baik presiden Moratti, saya yakin bahwa sekarang dia tidak akan menginginkan sikap yang berbeda.

Meski begitu, memang benar bahwa belakangan ini bisa dipastikan adanya beberapa kepemimpinan wasit dengan cara-cara yang using, seperti yang dituding banyak orang kepada tim “I Nerazzurri”. Atalanta, Lazio, Siena dan Parma adalah tim yang sudah pernah merasakan mendapat kepemimpinan wasit yang tidak terlalu sama. Dan, memang benar juga bahwa di Italia siapa yang menang tidak pernah simpatik. Enzo Ferrari mengatakan bahwa orang Italia memaafkan semuanya kecuali siapa yang menang.

Inter sekarang sudah menjadi pusat perhatian. Sebagian besar tifosi mengharapkan kekalahan dan terkadang penilaian bisa dipengaruhi oleh objektivitas yang mana belakangan ini Inter tidak selalu patut menang dan meyakinkan, dengan mencapai hasil maksimal berkat keberanian individu dan kepemimpinan wasit yang terkadang menguntungkan mereka. Collina selaku pemilih wasit satu-satunya dan orang yang sangat kompeten dalam berbagai aspek harus ikut turun tangan. Saya yakin sekali bahwa mereka tidak bermaksud untuk memenangkan Inter, tidak ada persekongkolan dalam bentuk apapun. Saya juga sangat yakin bahwa belakangan ini terlalu sering ada keputusan wasit yang diragukan tidak hanya bagi kesalahan wasit, tapi karena selalu mengarah ke tjuan yang sama.

Menurut saya, masalah kelas wasit pada saat ini berkaitan dengan beberapa bagian dari masyarakat. Terhadap sikap yang berbeda antara wasit dengan orang-orang yang mereka hadapi. Pierluigi Collina, matan wasit Italia, sudah menjadi wasit hebat dengan personalitas yang tidak bisa mendapat polemic seperti ini. Dia menyisikan atau mengistirahatkan semua wasit yang tidak memiliki temperamen yang ideal. Apa yang dilakukan Collina tidak lain dimaksudkan sebagai pesan kuat kepada siapa saja yang melakukan kesalahan. Sudah dimulai lembaran yang baru dimana kita semua berharap kali ini wasit akan menjadi lebih jujur dan bijaksana dibandingkan masa-masa sebelumnya. Wasit tidak boleh lagi berpura-pura, karena tindakan itu bukanlah sikap yang tepat.

Saya sendiri optimistis bahwa dunia sepak bola italia di tingkat wasit akan mengambil jalan yang benar dan seimbang, dan kami akan mulai kembali menulis dan berbicara mengenai sepak bola dan permainannya. Kita harus memiliki keyakinan ke dalam perkembangan moralitas dan pekerjaan Collina. Memang, tidak dapat dihindari bahwa para wasit akan selalu melakukan kesalahan, bahkan mungkin saja sekarang lebih banyak melakukan kesalahan. Tapi, semua itu masih dapat dimaklumi karena kesalahan itu lebih terletak pada ketidaksengajaan yang mereka lakukan.

Kompetisi sudah bergulir lagi. Kini, kita jangan lagi terjebak apalagi hanya memusatkan perhatian kepda kepemimpinan wasit di lapangan. Berikan perhatian dan memusatkan perhatian kepada cara tim bermain serta lawan mereka. Arrigo Sacchi